Senin, 24 Agustus 2015

Asal Batak











Donny PM Siburian
Bahasa Batak
Pdt. B. H. Lumbantobing, M.Th
 STT HKB Pem Siantar







            Tidak ada yang tau kapan persisnya kata Batak muncul pertama kali. Di daerah Eropa kata batak pertama kali muncul abad 18 (Batta) dan tidak jelas mana dan apa yang disebut batak itu. batak tidak pernah menyebut diri sebagai batak orang yang di yakini sebagai orang batak yang tinggal di dataran tinggi Sumatera utara diyakini berasal dari satu rumpun ( Etnis) yaitu berasal dari India kemudian bermigrasi ke China, Thailand dan kemudian tiba di sumatera (Masuk dari Sumatera timur) kelompok yang masuk itu tinggal dibukit. Tiba di pantai timur Sumatera mereka pindah ke dataran tinggi karo dan dari sana mereka melihat ada dua gunung yaitu Gunung Sinabung dan Pusuk Buhit. Mereka membagi kelompok menjadi dua kelompok yang hidup  di masing masing gunung ( Sinabung: Simalungun, Karo , Pakpak Dairi dan Pucuk Buhit : Toba, Angkola, Mandailing) yang hidup di sekitar sinabung berpencar menjadi Tiga dan akibat perpencaran dan waktu yang panjang maka bahasa dan dialeg masing masing kelompok mengalami perubahan dan berbeda satu dengan yang lain. Maka dari sekian banyak Kelompok yang saling terpisah yang sering dikatakan batak adalah orang Toba. Menurut kamus yang disusun oleh Warneck arti kata batak sendiri adalah Penunggang Kuda padahal tidak semua daerah yang ditempati orang batak dapat dipakai untuk menunggang kuda. Desakan kebutuhan bahan bahan pokok seperti garam maka orang batak pergi berdagang kedaerah pesisisr (Batu Bara, Asahan) batak mengenakan pakaian sehari hari yang bernama Ulos tetapi ulos yang dimaksud adalah bukan ulos yang sekarang itu sedikit lebih panjang dan berfungsi menutupi tubuh ulos itu dililitkan dandi ikat pada bagian belakang sehingga simpulannya seolah olah membentuk ekor kuda karena simpulan itu maka orang orang pesisisr sering menyebut batak berekor. Ketika berdagang ke pesisir orang batak akan berkelompok dan jika mereka lelah mereka akan beristrahat di suatu tempat yang sunyi, duduk dan makan sirih (Proses menyiapkan sirih disebut mangatup) Proses mangatup adalah sebuah gerakan yang teratur (napuran / demban istrahat identik dengan mardemban dan tempat istrahat disebut “Pardembanan”). Demban adalah bentuk penghormatan kepada orang yang disambut dalam komunitas (contohnya tamu yang disuguhkan atupan demban/ napuran adalah pertanda bahwa tamu itu sudah diterima dan dihormati dikalangan tersebut). Orang batak yang tinggal dan menetap di daerah melayu juga acapkali disebut sebagai “Batak Pardembanan” yang semakin lama membentuk corak yang sedikit berbeda dari batak Toba.
Teory Penciptaan Menurut Suku Batak (Pertemuan II Oleh Pdt. BH. Lumbantobing)
Orang Batak melihat danau Toba yang indah dan mereka terpesona melihatnya walaupun mereka terpesona tetapi mereka tidak semenamena merongrongnya Kelompok tersebut menganggap bahwa itu semua adalah milik alam sama seperti mereka merupakan salahsatu bagian dari alam sehingga danau tidak bisa dirusak, mereka terus merenung ditepi danau toba dan berfikir bagaimana danau indah itu bisa terjadi maka munculah cerita mitos kelompok (orang batak itu) tentang terjadinya manusia dan semesta alam yang dihubungkan dengan danau itu.
Menurut Orang batak terdapat tiga jagad raya yang merupakan susunan cosmos
Dunia : Atas ( Pemerintah : Batara Guru)
            Tengah ( Pemerintah : Sori Maraja )
            Bawah ( Pemerintah : Mangala Bulan )

1.      Batara Guru
-Memiliki marga Sumbawa
- Kuda warna hitam

2.      Sori Mangaraja

-Memiliki marga Lontung
-Kuda warna merah

3.      Mangala bulan
-Memiliki marga Sobu
-Kuda warna putih
Mereka tinggal dai satu lokasi, memiliki isteri dan anak yang semuanya tidak jelas kapan secara terperinci. Batara Guru memiliki dua orang puteri: Siboru Sorbajati dan Siboru Deak Parujar. Sorbajati bertenun dengan baik  dan Boru Deak tidak menyelesaikan ulosnya Karen jika ulosnya selesai maka dia akan dinikahkan dengan anak dari Raja Mangalabulan yang bernama Raja Ilik yang konon katanya berbentuk setangah manusia dan setengah Ilik ( seperti buaya ) dalam budaya batak mula mula jodoh tidak pernah di cari jodoh dipertemukan oleh kedua orang tua. Karena Boru Deak tidak menyelesaikan tenunan ulosnya maka ia dipandang sebagai wanita yang pembangkang, suatu saat ketika dia berjalan Boru Deak Parujar menemukan lobang yang didalamnya ada air yang sangat luas kemudian boru Deak turun kelubang itu dikarenakan cincinnya setelah itu dijatuhkannyalah alat tenunnya kedalam air itu dan dengan itu Boru Deak menuruni lubang dan tak bisa naik lagi. Seketika ia memohon kepada Mulajadi Nabolon dan memohon agar dikirimkan untuk menjadi tempat pijakannya maka permintaannya dikabulkan oleh Mulajadi Nabolon dan dikirimkanlah tanah kepada Boru Deak dengan  perantaraan burung (Burung Maoang Maoing) tanah itu dibuat sebagai alas tetapi waktu tanah itu hendak selesai keluarlah naga (Naga Padoha) untuk mengalahkan naga itu Boru Deak meminta kepada Mulajadi Nabolon agar dikirimkan sebilah pisau. Permintaan Boru Deak kembali dipenuhi dan untuk mengalahkan naga itu maka Boru Deak menancapkan pisau itu ditengkuk Naga Padoha. Naga itu mulai diam tetapi tidak mati, kemudian Boru Deak mulai membangun dasar  layknya cor yang dibangun sendiri seperti mata angin dan kemudian cor itu dilapisi tanah. Dan tanah itulah yang merupakan bumi yang sekarang ini yang ternyata berada diatas punggung Naga yang menopang dan terkadang naga itu sering bergerak sesuai dengan bulan dan periode ( indicator gerak ular Parhalaan). Jika tenggelam naga itu maka tenggelamlah bumi.




Gbr ; Cor dasar Bumi