Donny PM
Siburian
Bahasa Batak
Pdt. B. H.
Lumbantobing, M.Th
STT HKB Pem Siantar
Tidak
ada yang tau kapan persisnya kata Batak muncul pertama kali. Di daerah Eropa
kata batak pertama kali muncul abad 18 (Batta)
dan tidak jelas mana dan apa yang disebut batak itu. batak tidak pernah
menyebut diri sebagai batak orang yang di yakini sebagai orang batak yang
tinggal di dataran tinggi Sumatera utara diyakini berasal dari satu rumpun (
Etnis) yaitu berasal dari India kemudian bermigrasi ke China, Thailand dan
kemudian tiba di sumatera (Masuk dari Sumatera timur) kelompok yang masuk itu
tinggal dibukit. Tiba di pantai timur Sumatera mereka pindah ke dataran tinggi
karo dan dari sana mereka melihat ada dua gunung yaitu Gunung Sinabung dan
Pusuk Buhit. Mereka membagi kelompok menjadi dua kelompok yang hidup di masing masing gunung ( Sinabung:
Simalungun, Karo , Pakpak Dairi dan Pucuk Buhit : Toba, Angkola, Mandailing)
yang hidup di sekitar sinabung berpencar menjadi Tiga dan akibat perpencaran
dan waktu yang panjang maka bahasa dan dialeg masing masing kelompok mengalami
perubahan dan berbeda satu dengan yang lain. Maka dari sekian banyak Kelompok
yang saling terpisah yang sering dikatakan batak adalah orang Toba. Menurut
kamus yang disusun oleh Warneck arti kata batak sendiri adalah Penunggang Kuda padahal tidak semua
daerah yang ditempati orang batak dapat dipakai untuk menunggang kuda. Desakan
kebutuhan bahan bahan pokok seperti garam maka orang batak pergi berdagang
kedaerah pesisisr (Batu Bara, Asahan) batak mengenakan pakaian sehari hari yang
bernama Ulos tetapi ulos yang dimaksud adalah bukan ulos yang sekarang itu
sedikit lebih panjang dan berfungsi menutupi tubuh ulos itu dililitkan dandi
ikat pada bagian belakang sehingga simpulannya seolah olah membentuk ekor kuda karena
simpulan itu maka orang orang pesisisr sering menyebut batak berekor. Ketika
berdagang ke pesisir orang batak akan berkelompok dan jika mereka lelah mereka
akan beristrahat di suatu tempat yang sunyi, duduk dan makan sirih (Proses
menyiapkan sirih disebut mangatup)
Proses mangatup adalah sebuah gerakan yang teratur (napuran / demban istrahat
identik dengan mardemban dan tempat istrahat disebut “Pardembanan”). Demban adalah bentuk penghormatan kepada orang yang
disambut dalam komunitas (contohnya tamu yang disuguhkan atupan demban/ napuran
adalah pertanda bahwa tamu itu sudah diterima dan dihormati dikalangan
tersebut). Orang batak yang tinggal dan menetap di daerah melayu juga acapkali
disebut sebagai “Batak Pardembanan” yang semakin lama membentuk corak yang
sedikit berbeda dari batak Toba.
Teory Penciptaan Menurut Suku Batak (Pertemuan II Oleh
Pdt. BH. Lumbantobing)
Orang Batak melihat danau Toba yang indah dan mereka
terpesona melihatnya walaupun mereka terpesona tetapi mereka tidak semenamena
merongrongnya Kelompok tersebut menganggap bahwa itu semua adalah milik alam
sama seperti mereka merupakan salahsatu bagian dari alam sehingga danau tidak
bisa dirusak, mereka terus merenung ditepi danau toba dan berfikir bagaimana
danau indah itu bisa terjadi maka munculah cerita mitos kelompok (orang batak
itu) tentang terjadinya manusia dan semesta alam yang dihubungkan dengan danau
itu.
Menurut Orang batak terdapat tiga jagad raya yang
merupakan susunan cosmos
Dunia : Atas ( Pemerintah : Batara Guru)
Tengah
( Pemerintah : Sori Maraja )
Bawah
( Pemerintah : Mangala Bulan )
1.
Batara Guru
-Memiliki marga
Sumbawa
- Kuda warna
hitam
2. Sori Mangaraja
-Memiliki marga
Lontung
-Kuda warna
merah
3. Mangala bulan
-Memiliki marga
Sobu
-Kuda warna
putih
Mereka tinggal dai satu lokasi, memiliki isteri dan
anak yang semuanya tidak jelas kapan secara terperinci. Batara Guru memiliki
dua orang puteri: Siboru Sorbajati dan Siboru Deak Parujar. Sorbajati bertenun
dengan baik dan Boru Deak tidak
menyelesaikan ulosnya Karen jika ulosnya selesai maka dia akan dinikahkan
dengan anak dari Raja Mangalabulan yang bernama Raja Ilik yang konon katanya
berbentuk setangah manusia dan setengah Ilik ( seperti buaya ) dalam budaya
batak mula mula jodoh tidak pernah di cari jodoh dipertemukan oleh kedua orang
tua. Karena Boru Deak tidak menyelesaikan tenunan ulosnya maka ia dipandang
sebagai wanita yang pembangkang, suatu saat ketika dia berjalan Boru Deak
Parujar menemukan lobang yang didalamnya ada air yang sangat luas kemudian boru
Deak turun kelubang itu dikarenakan cincinnya setelah itu dijatuhkannyalah alat
tenunnya kedalam air itu dan dengan itu Boru Deak menuruni lubang dan tak bisa
naik lagi. Seketika ia memohon kepada Mulajadi Nabolon dan memohon agar
dikirimkan untuk menjadi tempat pijakannya maka permintaannya dikabulkan oleh
Mulajadi Nabolon dan dikirimkanlah tanah kepada Boru Deak dengan perantaraan burung (Burung Maoang Maoing)
tanah itu dibuat sebagai alas tetapi waktu tanah itu hendak selesai keluarlah
naga (Naga Padoha) untuk mengalahkan naga itu Boru Deak meminta kepada Mulajadi
Nabolon agar dikirimkan sebilah pisau. Permintaan Boru Deak kembali dipenuhi
dan untuk mengalahkan naga itu maka Boru Deak menancapkan pisau itu ditengkuk
Naga Padoha. Naga itu mulai diam tetapi tidak mati, kemudian Boru Deak mulai
membangun dasar layknya cor yang
dibangun sendiri seperti mata angin dan kemudian cor itu dilapisi tanah. Dan
tanah itulah yang merupakan bumi yang sekarang ini yang ternyata berada diatas
punggung Naga yang menopang dan terkadang naga itu sering bergerak sesuai
dengan bulan dan periode ( indicator gerak ular 


Parhalaan).
Jika tenggelam naga itu maka tenggelamlah bumi.




Gbr ; Cor dasar Bumi