BAB I
Pendahuluan
I.1. Latar belakang
Kristologi memang mangalami sejarah yang panjang sejak abad
pertama, tetapi studi ini memuncak pada abad ke-19, terutama setelah bangkitnya
metode “kritik Alkitab” yang menyangkut keabsahan atau otoritas Alkitab dimana
diantara menyangkut tentang keabsahan Yesus, dan yang akhirnya terus
berkembang. Secara sederhana Kristologi
adalah studi dengan Yesus Kristus
sebagai subjek, pribadi dan pekerjaanNya, atau, dilihat dari sudut lain, siapa
ia sebenarnya dan apa yang dilakukanNya.
Kristologi membahas pengertian mengenai Yesus dalam hubungan
dengan siapakah Ia dan peran yang dilaksanakanNya dalam rencana Allah. menurut
Raymond E. Brown juga mengemukakan bahwa ada dua pandangan tentang Kristologi,
yaitu yang biasa disebut Kristologi Rendah “Low Christology”dan Kristologi
Tinggi (High Christology)[1].
Istilah tinggi rendah ini tidak ada hubungan dan sangkut pautnya dengan
pengertian mana yang lebih tinggi atau mana yang lebih rendah dari lainnya.
Hanya saja Kristologi rendah yaitu yang
melihat Yesus dalam hubungannya dengan kemanusiaanNya dan Kristologi Tinggi
melihat Yesus dalam hubungan dengan ketuhananNya. Memang tidaklah mudah
untuk mempelajari sipa Yesus, baik yang dalam kristologi “rendah” maupun
kristologi “tinggi” , sebab persoalan Kristologi bukanlah masalah sederhana,
sehingga dapat dimaklumi apabila terdapat banyak kekeliruan dan penyimpangan
pendapat didalamnya. Lebih lagi, bahwa kompleksnya bahasa Kristologi timbul
dari percampuran pengertian antara sejarah dan teologi. Menurutnya pula disatu
segi sejarah berdasarkan asumsi ilmiah, sedangkan teologi berdasarkan
symbol-simbol maupun‘mitologi’, contohnya bahwa apa yang kita
mengerti mengenai Yesus dalam studi kitab Markus lebih bersifat cerita sejarah,
sedangkan apa yang kita mengerti dari surat-surat Paulus lebih merupakan
refleksi teologis
1.2
Identifikasi masalah
-
Siapa
Yesus Bagiku.?
-
Apakah Yesus Kristus akan terus sama kemarin, hari ini
dan untuk selama-lamanya (hingga aku mati).?
1.3 Kerangka Pemikiran
Jika kita ditanya siapakah kristus maka banyak orang akan mengatakan
“Kristus adalah anak Allah yang menebus dosa manusia, Kristus adalah Tuhan
Juruslamat yang hidup yang menjadi daging dan lahir dikandang domba”.
Pernyataan seperti ini adalah pernyataan yang monotone (bersifat Passif)
pernyataan pernyatan seperti ini sudah berkembang bahkan kurang lebih 1900
tahun yang lalu ketika injil injil mulai ditulis dan para rasuI menyaksikan
tentang kebenaran Yesus yang kemudian dapat kita baca dan dengar melalui
alkitab dan khotbah para pendeta, namun pertanyaan yang muncul Apakah Kristus
itu hanya sebatas Yesus yang lahir dikandang domba ?, Apakah Yesus Kristus akan terus sama
kemarin, hari ini dan untuk selama-lamanya (hingga aku mati)., siapa dia bagiku
hari ini, saat ini ketika aku menghadapi masalah.? Karena hal inilah penulis sangat tertarik untuk
belajar dan mencoba menjawab siapakah Kristus bagi penulis.
BAB
II
ISI
A.
Siapa Kristus ?
1.
Yesus Kristus Menurut Orang Keristen (According to confession)
Dalam
Confessi iman Kristen dikatakan bahwa Yesus adalah “…Anak Allah yang tunggal, yang dikandung dari roh kudus lahir dari
anak dara Maria, menderita dan mati disalibkan kemudian bangkit pada hari yang
ketiga”. Jika kepercayaan terhadap kristus ini diperhadapkan dengan jaman
sekarang dalam berbagai situasi dan kondisi yang berbeda apakah Kristus Yesus (anak
maria ) itu tetap sama, baik kemarin maupun hari ini samapai selama-lamanya.?
Memang gereja saat ini hanya memberikan pemahaman kepada jemaat dengan formula
iman yang passif (tidak berkembang), memang sikap yang diambil oleh gereja ini
memiliki dasar biblis yang kuat Ibr 13:8
“Yesus Kristus tetap
sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” Memang jika kita salah mengerti maka yang dipertaruhkan memang identitas umat
Kristen. Jika memang Yesus Kristus di ubah atau diganti, maka kepercayaan
Kristen berubah dan diiganti menjadi sesuatu yang lain dan kehilangan
identitasnya. Selain itu orang keristen masih menganggap bahwa jika mengganti
pemahaman terhadap siapa Yesus dalam hidupnya adalah sebuah dosa hal ini
dipengaruhi oleh pola pikir post modrenisme yang masih melekat kuat dalam
pikiran orang orang Kristen inilah yang menyebabkan pemahaman orang Kristen
terhadap Yesus itu terlihat satu warna dan Passif. orang orang pada umumnya
menganggap jika kita mengubah pemahaman akan Kristus berarti mengubah dan
mengganti Allah yang sejati.
a. Doktrin
manusia dan doktrin Kristus
Doktrin
manusia dan doktrin Kristus memiliki kaitan yang sangat erat. Doktrin manusia
membahas mengenai manusia, yang dicipta menurut gambar Allah dan debekali
dengan pengetahuan yang benar, kebenaran dan kesucian. Namun karena sengaja
melanggar hukum Allah, manusia kehilangan kemanusiaannya yang sesungguhnya, dan
berubah menjadi orang yang berdosa. Doktrin ini menunjuk kepada manusia,
sebagai makhluk yang dianugerahi berbagai hak istimewa dari Allah, yang masih
membawa sebagian sisa kemuliaan aslinya, tetapi telah kehilangan hak aslinya,
yaitu kebebasan yang benar dan kebenaran asli serta kesucian.
Hal ini berarti bahwa doktrin manusia
tidak sekedar menarik perhatian ke arah keadaan manusia sebagai makhluk
semata-mata, tetapi mengarahkan kita pada perhatian akan keberdosaan manusia.
Doktrin ini menekankan jarak etis antara Allah dan manusia, jarak yang
dihasilkan dari kejatuhan manusia, yang tak mungkin dapat dijembatani oleh
manusia ataupun malaikat; dan dengan demikian yang ada adalah hanya tangisan
yang keras yang membutuhkan pertolongan Ilahi.
Kristologi adalah bagian dari jawaban atas
tangisan tersebut. Kristologi memperkenalkan kita kepada karya Allah yang
obyektif untuk menjembatani jurang pemisah yang lebar itu, dan menyingkirkan
jarak pemisah yang ada. Kristologi menunjukan kepada kita bagaimana Allah
datang kepada manusia untuk menyingkingkirkan penghalang antara Allah dan
manusia, dengan cara memenuhi syarat-syarat hukum di dalam Kristus, dan
memperbaharui manusia agar memasuki kembali persekutuan dengan Tuhan dengan
keadaan penuh berkat. Dengan demikian doktin Kristus sebagai pengantara
perjanjian itu juga harus demikian.
Kristus yang dinubuatkan dalam PL sebagai Penebus manusia, datang dalam
waktu yang telah ditetapkan untuk
memberikan hidup kekal kepada manusia.
b. Penyataan
Allah yang hidup didalam Yesus
Dalam Perjanjian Baru Pribadi dan karya
Kristus tidak digambarkan secara terpisah, tetapi dilihat dalam kesatuannya.
apakah Yesus adalah Allah dan bagaimana hubungan antara ketuhanan-Nya dan
kemanusian-Nya. Yesus bukan Allah nomor dua dan Allah Bapa adalah yang utama
Yesus dan Allah adalah satu kesatuan “Allah menjadi manusia” di dalam Yesus.
2. Yesus sebagai manusia sejati (menurut
PB)[2]
a. Kitab-kitab
Injil Sinoptik
Dalam kitab-kitab Injil Sinoptik kita mendapat tiga gambaran
mengenai Yesus dari Nazaret. Dalam masing-masing penggambaran tersebut terdapat
perbedaan dalam banyak hal, namun semuanya berpusat pada manusia yang sama. Di
antara tiga kitab Injil Sinoptik, hanya Markus yang memberikan petunjuk dalam
kata-kata pembukaannya dengan memperkenalkan seseorang yang lebih dari seorang
manusia; namun diantara ketiga penulis lainnya itu, Markuslah yang lebih
memusatkan perhatiannya pada Yesus sebagai manusia. Di lain pihak, Matius dan
Lukas memusatkan perhatian pada permulaan kehidupan Yesus sebagai manusia,
dengan mengikutsertakan kisah kelahiran Yesus.
Catatan mengenai kelahiran-Nya menggambarkan Yesus dalam
keluarga manusia yang biasa, yang juga mengalami semua permasalahan yang biasa
terjadi. Satu-satunya peristiwa pada masa kanak-kanak Yesus yang diceritakan,
memperlihatkan keberadaan keluarga yang bersifat manusia biasa, yaitu kecemasan
orang tua karena kehilangan anaknya. Tetapi komentar Lukas bahwa Yesus patuh
kepada orang tuanya, merupakan kesimpulan mengenai kehidupan Yesus dalam
seluruh masa pertumbuhan-Nya (Luk.2:51). Komentar Lukas selanjutnya bahwa Yesus
makin bertambah besar dan bertambah hkmat-Nya (Luk.2:40,52),memperlihatkan
perkembangan manusia biasa secara normal. Injil Markus mencatat beberapa emosi
Yesus yang sangat manusiawi, emosi yang mencakup rasa gusar (10:14), marah dan
sedih (3:5) juga penolakan terhadap Yesus oleh karena adanya hubungan yang
terlalu bersifat manusia antara Yesus dan suatu keluarga biasa saja (6:16).
b. Tulisan-tulisan
Yohanes
Kitab Injil ini lebih banyak memberikan keterangan mengenai
keilahian Yesus dibandingkan dengan kitab-kitab Injil Sinoptik, dan kitab ini
di awali dengan tulisan mengenai keberadaan Yesus sebelum segala sesuatu ada.
Namun sangat mengesankan bahwa kitab Injil ini juga berisi hal-hal yang jelas
mendukung kemanusiaan Yesus. Pernyataan dalam Yoh 1:14 yang berbunyi “Firman
itu telah menjadi manusa, dan diam diantara kita, dan kita telah melihat
kemuliaan-Nya,” di satu pihak menekankan bahwa Anak Allahlah yang menyatakan
diri-Nya melalui inkarnasi, di lain pihak menyatakan kemanusian-Nya.
Tidak dapat diragukan bahwa Yohanes ingin memberikan kesan
bahwa apabila logos (Firman) menjadi
manusia (daging), maka ia benar-benar daging. Firman yang sudah ada sebelum
segala sesuatu ada itu telah menjadi manusia sejati. Namun demikian,
kemanusiaan-Nya itu tidak dapat mengaburkn kesan yang sama kuatnya dengan
kenyataan bahwa Yesus sebagai manusia unik.
c.
Kisah Para Rasul
Kisah Para Rasul 2:22 berbicara tentang Yesus sebagai “Yesus
dari Nazaret”, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu
dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda.” Dalam Kisah Para Rasul
4:10, Ia disebut “Yesus Kristus, orang Nazaret.” Sebutan “Yesus orang Nazaret
itu” dipakai juga oleh penunduh-penunduh palsu yang melawan Stefanus (Kis
6:14). Nama yang sama digunakan oleh Petrus dalam khotbahnya kepada Kornelius
dan keluarganya (Kis 10:38). Menurut kesaksian Paulus mengenai pertobatannya
yang ditulis dalam Kisah Para Rasul 22:8, Tuhan yang bangkit memperkenalkan
diri-Nya sebagai Yesus orang Nazaret. Hal-hal ini merupakan keterangan yang
secara jelas menunjukkan bahwa dalam sejarah, Yesus pernah hidup sebagai
manusia di desa Nazaret. Namun harus diakui bahwa Kisah Para Rasul lebih
memusatkan perhatian pada kemuliaan Yesus yang tinggi, daripada tentang
hidup-Nya di dunia ini.
d. Paulus
Dalam surat-surat Paulus, hanya terdapat sedikit keterangan
mengenai pokok ini, tetapi kekurangan itu sering dilebih-lebihkan, seolah-olah
mendukung pendapat bahwa Paulus tidak menaruh minat pada kehidupan Yesus
sebagai manusia dalam sejarah. Tetapi pandangan ini tidak dapat dipertahankan.
Paulus mengetahui bahwa Yesus adalah keturuanan Daud. Yesus memang termasuk
orang Israel. Ia diutus oleh Allah pada waktu tertentu dan dilahirkan oleh
seorang wanita dan hidup di bawah hukum Taurat.
Paulus pernah bertemu rasul-rasul Yerusalem (Kis 9:26), pada
waktu itu tentu ia mendengar banyak uraian peristiwa tentang Yesus dan kedua
belas murid-Nya, peristiwa yang paling khusus dalam kehidupan Yesus yang
disebutkan oleh Paulus, selain peristiwa penyaliban, penguburan dan kebangkitan
(1 Kor 15:4), ialah penetapan perjamuan Tuhan (1 Kor 11:23). Paulus tidak
memberikan gambaran langsung mengenai pribadi Yesus demikian juga dengan para
penulis kitab-kitab Injil namun mereka sadar akan segi-segi tertentu dari
pribadi Yesus. Ia berbicara tentang kerendahan hati dan kelembutan Yesus (2 Kor
10:1). Dari keterangan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa Rasul Paulus sudah
tentu memperoleh keterangan yang cukup luas mengenai Yesus sebagai manusia. Dan
jelas bahwa Paulus memandang Yesus sebagai benar-benar manusia.
e.
Surat Ibrani
Ibrani 1:3 penulis memperkenalkan Yesus sebgai Anak Allah
yang di tinggikan serta mengenai kemanusiaan-Nya. Surat ini juga membicarakan
mengenai kualifikasi Kristus sebagai Imam Besar. Surat Ibrani tidak
memperlihatkan kebingungan mengenai gagasan yang sejajar tentang keilahian Anak
Allah dengan kemanusian-Nya yang sejati.
f.
Surat Petrus
Dalam surat 1 Petrus, kemanusian Yesus yang sejati diterima
sebgai hal yang benar dan tidak diungkapkan secara panjang lebar lagi. Dalam 2
Petrus 1:16 dst. Pokok yang penting ialah kemuliaan itu terlihat di dalam
dunia.
g. Kitab
Wahyu
Kitab ini terpusat pada Kristus Sorgawi yang telah bangkit,
hanya sedikit penekanan pada kemanusiaan-Nya (Why 1:7;1:18) Anak domba yang
menang sebagai Dia yang sudah hidup didunia dan mati untuk menyelamatkan
manusia.
3. Yesus
sebagai manusia yang tidak berdosa
a. Kitab-kitab
Injil Sinoptik
Kitab-kitab Injil Sinopti melukiskan ketidakberdosaan-Nya
secara langsung, namun mempersipakan kita menerima uraian yang lebih khas dalam
Injil Yohanes dan pertanyaan tegas yang pasti dalam surat-surat kiriman.
b. Tulisan-tulisan
Yohanes
Yohanes mencatat bahwa Yesus sebgai Anak Allah dan juga
manusia sejati ini menyatakan secra tidak langsung mengenai
ketidakberdosaan-Nya. Penyataan tersebut sangat jelas dalam 1 Yoh 3:5 (di dalam
Dia tidak ada dosa)
c. Paulus
Dalam 2 Korintus 5:21 Paulus mengatakan “Dia yang tidak
mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi menjadi dosa karena kita”. Secara jelas
di sini dikatakan bahwa Yesus tidak berdosa, walaupun ada masalah yang mendasar
mengenai arti pernyataan “dibuat menjadi dosa” sekali lagi pusat perhatian
diarahkan pada fakta bahwa Ia tidak berbuat (mengenal dosa). Kehidupan yang
tidak berdosa merupakan pendahuluan yang mutlak diperlukan oleh orang-orang
dalam mengenal Kristus karena bagi merekalah Yesus telah datang untuk
menyelamatkan dari dosa.
d.
Surat
Ibrani
Dalam memperlihatkan sifat-sifat Yesus sebgai seorang Imam
Besar yang penuh perhatian, penulis membandingkan pencobaan-pencobaan
yang Dia alami dan kita alami, dengan tambahan yang penuh arti “hanya tidak
berbuat dosa” (Ibr 4:15). Kemungkinan bahwa Yesus dapat berbuat dosa
tidak dibahas , tetapi ditegaskan bahwa Ia tidak bebuat dosa.
e.
Surat-surat Petrus
Disini Petrus mempertahankan bahwa Kristus tidak berbuat
dosa dan pada saat yang sama ia menegaskan bahwa Ia memikul dosa-dosa kita
supaya kita yang mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran (1 Ptr 2:24). 1 Ptr
3:18, yang menyatakan bahwa Kristus yang benar mati untuk orang-orang
yang tidak benar. Dalam kedua ayat ini hal yang terutama ialah kematian Kristus
dan jelaslah bahwa keadaan hidup-Nya yang tanpa dosa itu dianggap sebgai factor
penting dalam arti kematian-Nya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
tentang siapa Kristus Bagi Penulis
Menurut penulis, studi Kristologi sudah ada semasa hidup
Yesus sendiri yaitu bisa dilihat dari sudah adanya pertanyaan mengenai diriNya
semasa hidupNya. Kepada murid-muridNya ia bertanya “Kata orang siapakah Aku ini?” (Mark. 8:27). Ini menunjukkan bahwa
pada masa itupun sudah ada keragu-raguan mengenai siapakah Yesus itu, ada yang
mengiraNya sebagai Yohanes Pembaptis, Elia atau seperti seorang nabi lainnya.
Dan kemudian Yesus kembali bertanya “Menurutmu
siapakah aku?” dari ungkapan itu dapat dimengerti bahwa sebenarnya Yesus
menginginkan kita mengenal dia bukan hanya sekedar dari alkitab atau mengikut
kepada sebuah konfessi (pengakuan) yang passif , tetapi Yesus menuntut kita
untuk memperbaharui pengenalan kita akan dia dengan pengenalan yang semakin
mendalam dan semakin dekat, sehingga kita tidak hanya menjadikan Yesus yang
mati dikayu salib dan menebus dosa tetapi juga menjadikan Dia sebagai Yesus
Kristus yang ada dimanapun dan kapanpun serta dalam kondisi apapun kita berada,
(Yesus yang dekat dengan kehidupanku).
Setelah membaca dan melihat sekilas
pandang tentang siapakah Kristus menurut formulasi iman Kristen dan menurut
surat surat dalam PB maka sesuai situasi kondisi dan keadaan penulis maka Kristus bagiku adalah Seorang Kekasih, yang
selalu kurindukan, selalu kunantikan, yang selalu kubanggakan di hadapan
orang-orang, yang selalu ada di pikiranku, yang kupikirkan saat kuberbaring di
tempat tidur,bahkan disaat ujian, yang selalu berbicara pelan dan lembut
namun sungguh sangat tegas padaku, yang membuatku menangis saat kudengar
suaraNya yang manis dan lembut, yang sangat kunikmati saat ku dirangkulNya,
yang selalu membuatku tidak tahan untuk selalu bertemuNya,
yang membuat hatiku hancur dan menangis seperti anak kecil saat kumerinduNya.
Bukan hanya
Penghibur di saat sedih, bukan hanya Penguat di saat lemah, bukan hanya
Pengingat di saat hendak melakukan kesalahan, bukan hanya Pendorong di saat
membutuhkan semangat, bukan hanya Jawaban bagi setiap permasalahan, bukan hanya
Sumber berkat di saat kekurangan, bukan hanya Sumber mukjizat di saat
dibutuhkan, bukan hanya Penolong di saat susah, bukan hanya Sahabat di saat
semua meninggalkan. Tapi lebih dari itu, Ia adalah Raja yang harus dipatuhi
segala perintahNya
2. Penutup.
Kristologi menaruh perhatian
terhadap masalah hubungan antara apa yang ilah dan apa insani dalam pribadi
Kristus. Diman dalam iman Kristen, Yesuslah yang diimani
sebagai Kristus, dan setiap penghayatan
hidup, pastinya tidak akan lepas dari konteks di mana orang itu berada. Seringkali penghayatan
kita akan Kristus adalah Kristologi Dogmatik. Dalam artian, penghayatan kita
akan Kritus adalah Kristus yang sama dengan dogma gereja yang kita anut. Dogma
memang berguna dalam pembangunan dan pemeliharaan iman, namun dogma hendaklah
dijadikan sebagai “batu pijakan”, bukan pengikat. Ketika kita mencoba untuk
menhayati Kristus sesuai dengan konteks kita, seringkali hal itu malah menjadi
batu sandungan bagi kita dalam kehidupan bergerja. Tidak hanya itu saja, bahkan
seringkali juga mengalami benturan dengan dogma-dogma gereja. Dogma gereja kita
pada umumnya lahir dari rumusan-rumusan Bapa-bapa gereja di masa lampau.
Padahal, rumusan-rumusan tersebut berangkat dari konteks (atau juga
permasalahan) saat itu, sehingga agaknya kurang tepat jika kita membawanya
“sama persis” ke dalam konteks saat ini.
Daftar Pustaka
Tom Jacobs Siapa Yesus Kristus Menurut ,
1990 Perjanjian Baru ,Yogyakarta:
Kanisius.
Fitzmyer Joseph A. Katekismus
Kristologi.Yogyakarta:
Kanisius.
1994